~* KENDURI SASTRA TAHAP II *~

                                            
                                                    KENSAS (KENDURI SASTRA )


Disela kesibukanku, aku berusaha mengikuti setiap event yang dilakukan oleh komunitas menulis yang kuikuti, salah satunya adalah RIKOKETA (RIntisan KOmunitas KEpenulisan TAkengon). Nah, pada tanggal 21 Desember 2014 kemarin, adalah bertepatan dengan acara KENSAS (KENduri SAStra) yang dilaksanakan di beranda Mesjid Raya Ruhama, Takengon. Yang mengadakan acara, adalah Dik Rasnady Nasri selaku pemateri, beliau adalah salah satu kandidat dari Komunitas Garis Tepi yang berada di Kabupaten Bener Meriah. Beliau juga salah satu anggota dari Forum Lingkar Pena Aceh.

Awalnya aku berpikir, bahwa yang mengikuti kensas tahap ke dua kali ini, melebihi sewaktu acara kensas pertama, bulan lalu. Namun semuanya meleset. Karena banyak dari para sahabat, yang tidak bisa hadir mengikuti event ini, kebanyakan diantara mereka jatuh sakit.

Aku tiba di Mesjid Raya Ruhama pukul 09.15 pagi. Setelah sampai di depan mesjid,a ku hanya bisa melongo menatap sekelilingku, karena tak ada satupun orang yang kulihat ditaman.
"Hm... mungkin mereka di belakang mesjid,"  ujarku dalam hati.

Akupun berjalan menyusuri ubin yang tersusun rapi di taman mesjid. Dan memperhatikan seni relief setiap inci demi inci arsitektur taman yang belum selesai dibuat. Ternyata Tanah Gayoku mencetak banyak para seniman seniman yang bermutu, yang kebanyakan dari mereka belum ditemukan wadah untuk memperluas hobinya tersebut. Seperti sebuah komunitas bagi pecinta seni lukis, seperti komunitas HISSEL yang berada di kota Lhokseumawe, yang digagasi oleh Abang angkatku, Bang Afriandi. Aku juga masuk ke komunitas itu, walaupun tenagaku belum ada, dan hasil karyaku di seni rupa juga belum satupun kuselesaikan. Karena aku masih terlalu sibuk dengan kegiatan lain di Takengon sini.

Aku tak tau, rencana beliau yang ingin membuat satu komunitas melukis di kota dingin ini, belum terpenuhi lagi. Dikarenakan, lukisan wajah Bapak Bupati Aceh Tengah, lukisan wajah Wakil Bupati Aceh Tengah, lukisan Mesjid Raya Ruhama, Danau Laut Tawar, semuanya tentang Takengon, belum selesai dikerjakan oleh mereka, sahabat-sahabat seniman di Lhokseumawe.

Ah.... pikiranku melayang jauh ke Kota Petro Dolar tersebut. Segera kubuang segala keindahan pengalamanku selama berlibur disana beberapa bulan yang lalu. Akupun berjalan perlahan hingga tiba ke belakang mesjid.

Sampai di sana, kulihat Bang Sayyid Fadhil Asqar, Dik Rasnadi Nasry, Dik Dinni Syafriyuni, dan Dik Misna, sedang asyik berbincang di bawah pohon yang rindang, tepat di seberang SLTP N 1 TAKENGON.

"Assalamu'alaikum semuanya." Salamku menyambut mereka semua.
"Wa'alaikum salam warahmatullah." Sahut mereka serempak.
Tradisi nge sun pipi kiri kanan, dan salam jabat erat silaturrahim muslimah, pun kami lakukan setiap bertemu.

Dengan senyum ramahnya, Dik Dinni langsung menyapaku.
"Eh, Kak Amna udah datang. Adik juga baru sampai nih, Kak," ujarnya sambil mengutak atik ponselnya.
"Iya, dik. Kakak kira, kakak udah telat dik". Sambungku.
"Enggak, kak. Oh iya kak. Kak, Dini minta nopenya, dong. Ponsel adik baru di instal, jadi, semua nomor teman-teman, sudah tak ada lagi kak. Termasuk nomor kakak".
"Oke deh. Ini dik". Lanjutku sambil memberikan sejumlah nomor padanya.

Lalu mataku tertuju ke arah Dik Misna dan bertanya:
"Aduh dik, kakak lupa dengan nama adik. Tolong ditulis di buku kakak ini ya". Kataku sambil tertawa
"Hahahaha.... kakakni lah. Padahal kita juga ada jumpa ya kak. Beberapa waktu kemarin, di Kebayakan" ujar Dik Misna sambil tertawa.
"Iya, dik". Sambungku secepatnya.

Puas kami berbincang, lalu mulailah kami semua konsentrasi.
Bang Sayid dan Dik Nasri berdiri. Sedang aku, Dik Dinni dan Dik Misna duduk di bundaran taman. Memperhatikan bagaimana Bang Sayid dan Dik Nasri bercerita tentang Jokowi dan segala macam politik di negeri ini.

"Aduh... kakak gak pernah suka politik, dik". Bisikku pada Dik Dinni.
"Kenapa ,kak?" Jawabnya.
"Kakak suka pusing dengan masalah di dalamnya. Hm.. jadi, mending kakak fokus di permasalah masak memasak kek, sastra kek, apa saja lah.. yang penting jangan politik"Kataku sambil menutup mulut setengah berbisik.
"Hahahaha... Kakakni lucu kali lah". Dik Dinni dan Dik Masni tertawa cekikikan.


Sampailah juga aka lakun Zuhra Rahmi. Beliau langsung memarkirkan motornya dibawah rimbunan pohon, di area parkir. Detak jam pun berlalu sangat cepat. Tanpa terasa, jam di tangan menunjukkan pukul 10.15.
Kata Dik Nasri.
"Kayaknya yang hadir cuma segini ya .Kalau begitu, kita mulai saja ya, acaranya".
"Boleh.. boleh.. boleh". Jawab kami dengan kompak.

"Dimana ya kira kira, kita-kita duduk santai dengan suasana yang nyaman, gitu?" Tanya Dik Nasri.
"Gimana kalau kita ke Hip Burger aja, Bang?" Tanya Dinni.
"Hm.. nanti, tak cocok pula sama teman- teman yang lain, gimana?" Jawab Bang Sayid.

Setelah berembuk dengan semua teman-teman, akhirnya kamipun sepakat, untuk berbincang sastra nya di teras Mesjid Raya Ruhama saja. Karena lebih sejuk, dan nyaman.

Kamipun duduk melingkar, dengan membuka tas masing-masing. Mengeluarkan buku dan pulpen untuk menulis nanti. Mulailah Dik Rasnadi memberi materi tentang menulis. Sambil sesekali, Bang Sayyid sibuk dengan dokumentasinya.


Kami sedang serius mendengarkan Kak Lakun Zuhra yang bercerita tentang semesta Matematika dalam kehidupan ini.

Mulailah ke acara inti..

Bagaimana kiat-kiat yang diperlukan dalam menulis cerpen.

Tips-tipsnya antara lain:
1.Menangkap ide.
Langkah awal agar bisa menulis cerpen adalah memiliki ide cerita. Ide cerita itu tidak harus rumit. Kejadian sehari-hari yang dilihat atau dialami bisa menjadi ide cerita.

2.Menulis dengan gaya bahasa sendiri.
Langkah selanjutnya adalah menulis dengan gaya bahasa sendiri. Orang yang bisa baca tulis tentu bisa melakukannya.

3.Membuat paragraf pembuka.
Tulisan yang digores pertama adalah paragaraf pembuka. Membuatnya tidak perlu rumit-rumit. Ada yang mengibaratkan bagian ini seperti manekin (patung pajangan) yang dipasang di etalase sebuah toko. Hal itu berarti harus menarik, agar pembaca terus terpancing untuk membacanya.

4.Merangkai alur dan plot.
Langkah selanjutnya adalah melanjutkan paragraf yang telah ditulis. Merangkai kejadian demi kejadian, dialog demi dialog, narasi demi narasi. Alur dan plot akan terbentuk dengan sendirinya, Tuliskan saja apa yang ada di kepala.


5.Membuat paragraf penutup.
Paragraf penutup sangatlah penting, Bagaimana sebuah cerita menjadi lengkap dipengaruhi oleh bagian ini. Jika bagian yang disebut ending ini bagus, maka cerpenpun bisa terdongkrak menjadi cerpen yang bagus. Bagian ini dapat ditulis dengan ending tertutup, ending terbuka dan ending mengejutkan.

6.Mengendapkan tulisan.
Setelah cerpen selesai ditulis, dapat diendapkan terlebih dahulu. Waktunya bisa singkat, bisa lama. Tergantung penulisnya. Pengendapan ini untuk memberi jeda sebelum diedit.


7.Mengedit tulisan.
Cerpen yang telah diendapkan kemudian dibaca lagi. Hal ini untuk mengetahui kesalahan tanda baca, EYD, logika cerita, dan sebagainya. Setelah itu berarti tulisan siap disajikan.

8.Menulis lagi, belajar lagi, menulis lagi, dan seterusnya.
Setelah menulis satu cerpen, jangan cepat puas. Setelah ada yang menganggap cerpennya bagus, jangan cepat puas. Setelah cerpennya cumuat di media cetak, jangan cepat puas. Demikian seterusnya. Menulis lagi, belajar lagi, dan menulis lagi.

Di pertengahan penjelasan, muncullah Dik Zuliana Ibrahim. Dengan senyum ramahnya menyapa kami sambil berkata  "Assalamu'alaikum Kak Amna. Maaf, terlambat datang nih"
"Wa'alaikumsalaam warahmatullah Dik Ana. Iya dik, gak kenapa-napa," jawabku sambil tersenyum juga.
Salam jabat erat dan cium pipi kanan kiri, terjadi lagi.

Kami langsung mendengarkan materi yang disampaikan.

Lanjut Dik Nasri.
Tujuan utama dalam menulis:
1.Bahasa
2.Majas.
3.Strip; membuat panel per panel.
4.Tokoh
5.Alur cerita.
6.Setting.
6.Amanat.
7.Gaya bahasa.
8.Diksi; pilihan kata.

Kami semuanya mengerti dengan penjelasan tersebut. Lalu kamipun diberi tugas, masing-masing membuat cerpen, diberi waktu 10 menit untuk berpikir dan menulis. Diberikan clue pada secarik kertas. Dengan clue tersebut, paragraf yang dibuat, mengandung ketiga kata yang terdapat pada kertas.








Aku mendapat kertas kuning, yang clue nya berisi tentang "GUNUNG, SENAM, KERETA"

Huft... dalam waktu sepuluh menit, yang kata Dik Zuhra "THE POWER OF KEPEPET", mau tidak mau, minimal satu paragraf pembuka cerpen, harus siap, tantang Dik Nasri.

Kamipun sibuk konsentrasi dan menulis dengan tugas masing-masing. Akupun akhirnya menulis dua paragraf sederhana, tentang gunung, senam dan kereta.

"Di pagi Minggu yang cerah, aku diajak oleh Kak Yus untuk menanam padi di sawahnya, yang terletak di lembah Gunung Genencang. Akupun menerima ajakannya itu, dan berpikir
"Ah, nanam padi kan sama saja dengan senam tubuh," Ada keasikan tersendiri dengan kegiatan di sawah. Karena sembari berbincang bersama teman-teman, ber hahoi wuiw. Disinilah letaknya kepuasan dalam hati. Dibonceng dengan kereta oleh Dik Tawar, kamipun melaju ke sawah.
Setibanya disana, kulihat segerombolan ibu-ibu sedang memasang kelubung di kepala. Dan akhirnya kamipun memulai menanam padi hingga sore hari".

Mau tidak mau, dalam waktu yang terjepit, jadilah juga paragraf sederhanaku. Cukuplah sementara kalimat pembuka cerpen. Dan tugas berikutnya, paragraf pertama ini dijadikan sebuah cerpen. Dan harus dikirim secepatnya.
Selesailah sudah akhirnya Kensas kedua ini. Kuberharap ada event-event selanjutnya yang lebih menarik dan semakin banyak ilmu yang bisa kudapat.

* Terima kasih untuk semua teman teman *

Salam aksara.

AMNA YUNDA
22 DESEMBER 2014.




































Tidak ada komentar: