AKU BELAJAR DARI KUCING KU


TASBIHNYA KUCINGKU


Aku yang sehari-harinya bekerja dengan membuat kue "Bhoi" ( Bolu ikan, khas Aceh). Menerima pesanan kue dari orang-orang di sekitarku dan seputaran kota Takengon dan Bener Meriah. Pekerjaan ini telah kulakoni selama bertahun-tahun. Dan alhamdulillaah mampu mencukupi kebutuhan hidupku sehari-hari bersama Ibuku.

Tanpa unsur kesengajaan, aku belajar dari kucing liar yang berada di rumahku. Kucing yang berwarna abu-abu kecoklatan dengan garis loreng di seputaran tubuhnya, seperti lorengnya harimau. Dan kucing itu hanya menumpang beranak saja di rumahku. Bila sang anak-anaknya sudah bisa berjalan, induk dan anak-anaknya tak tahu pergi kemana. Beberapa bulan kemudian, induknya akan datang lagi ke rumahku. Dan beranak lagi. Begitu seterusnya hingga empat kali. Bila berada di rumahku, aku sangat telaten memberi makan mereka,  mereka hanya mau makan nasi yang dicampur dengan minyak jelantah. Bila aku memberinya ikan, alhasil ikan itu akan masih ada sampai besok. Awalnya aku juga heran, karena tidak seperti kucing liar kebanyakan. Yang maunya makan dengan nasi ditambah sepotong ikan. Dan juga mencuri ikan bila tidak ada majikannya di rumah. Terkadang aku merasa aneh, bahwa kucingku tahu apa yang kualami. Karena keseringan dalam keseharianku, kami makan hanya dengan sayuran. Aku juga jarang-jarang boleh makan ikan. Eh, mereka seperti mengerti perasaan majikannya.

Nah, hari ini, aku mengalami kejadian yang luar biasa. Boleh percaya atau tidak, yang pasti, aku belajar dari kucing-kucing itu. Kucingku menyukai kue bolu yang kubikin. Mungkin dari baunya yang harum, dan memang bentuk kue yang mirip ikan. Alhasil, setiap hari, aku harus memberi mereka satu persatu kue bolu ikan itu. Sehabis makan, mereka duduk di sampingku sambil bermain dan bermanja dengan induknya.

Aku masih membuat kue, ketika waktu menunjukkan pukul 13.15 siang. Hari ini aku agak telat membuat kue, dikarenakan padamnya listrik dari tadi malam. Hampir setiap hari di desaku terjadi pemadaman listrik, karena hujan yang terjadi hampir setiap hari dan menyebabkan longsor dimana-mana. Aku membakar kue sambil menonton Rodja TV, mendengarkan senandung Al-Qur'an yang menjadi acara favoritku. 
Aku melirik sepintas pada kucingku dan induknya. Mereka seperti terlena mendengarkan tilawah Al-Qur'an dari Rodja TV. Subhanallaah, dadaku berdegup kencang. Aku mencoba memindahkan channel televisi pada siaran gosip artis dan berita. Dan, waduh, kucingku langsung terbuka matanya dan berlari kesana kemari dengan lincahnya. Aku memperhatikan terus gerak gerik mereka.
Dan kucoba memindahkan lagi pada siara Rodja TV, dan lagi-lagi, kucingku seperti terlena mendengarkan tilawah Al-Qur'an dan langsung berhenti berkejar-kejaran dengan induk dan anak kucing yang lainnya. Kemudian salah satu anak kucing perlahan-lahan tertidur di dekatku. Sambil matanya melotot ke arah televisi. Aku mengulanginya lagi hingga tiga kali. Dan lagi-lagi tingkah kucingku seperti tadi. Bila mendengar siaran yang tidak jelas, seperti gosip artis, atau musik yang tak tentu nada menurutku, seperti lagu dangdut yang di zaman sekarang, maka kucingku keblingsatan seperti tersiram air panas.
Tiba-tiba akupun menangis, Ya Allah Yaa Kariim, kucingku terlena mendengarkan untaian Al-Qur'anul kariim, karena selama ini aku tak pernah memperhatikan tingkah mereka. Aku menangis sambil membuat kue. Dan aku benar-benar merasa tertampar oleh kejadian ini. Ternyata, kucing juga turut "bertasbih" memuji keagungan nama-MU, Rabb ku. Matanya tertutup perlahan-lahan, dan kepalanya seperti mengangguk, bulunya berdiri semua seperti ketakutan, namun matanya tertutup. Seperti mengikuti irama tilawah.

Rabbku... betapa aku malu dengan binatang itu. Dadaku sesak, melihat, betapa enaknya bila hidup menjadi seekor kucing, karena menjadi kesayangan Nabi Muhammad Salallaahu 'Alaihi Wasallam. Tiada dihisab di hari kiamat, dan banyak lagi keunggulannya.

Teringat lagi, akan nasihat bijak almarhum Bapak dan Guru ku:
"Kadangkala Allah hantar kucing untuk menguji kita. Apakah kita sayang atau tidak dengan rezeki dari Allah. 
Karena kucing tidak pernah meminta ikan yang baru digoreng. Kucing tidak pernah meminta piring yang elok dan cantik ketika makan. Kucing tidak pernah meminta tisu untuk membersihkan mulut. 
Tapi dia hanya meminta sisa makanan kita yang tidak habis. Tetapi, kenapa kita tidak mau berbagi? "

 Dan nasihat dari ustad.
Abdullah Bin Umar r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah Salallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Seorang wanita disiksa karena ia mengurung seekor kucing hingga mati dan wanita itupun masuk neraka; 
wanita tersebut tidak memberi kucing itu makan dan minum saat dia mengurungnya dan tidak membiarkannya untuk memakan buruannya".
( HR. BUKHARI DAN MUSLIM )

Aku langsung merenungi akan diriku. Betapa aku sangat hina dan tiada apa-apanya di hadapanMU, Yaa Kariim. Bagaimana akan nasibku esok di hari kemudian? Akankah aku akan selamat pada hari penentuan?
Kini aku hanya bisa meratapi dosa-dosaku dan ingin terus menerus berbuat kebaikan, hingga ajal menjemputku.


Aku belajar tentang SABAR dan KASIH SAYANG 
dari watak seekor KUCING.
Sekalipun ia dipinggirkan, dia tetap mau mendekat,
Hingga membuat orang jatuh hati.

Kenawat Lut,
15 Januari 2015.