~* SERPIHAN ISI HATI *~

GENDONGLAH AKU SAMPAI AJALKU TIBA

 Buat sobat yang sedang online, baik pria maupun Wanita. Mari coba kita baca, renungkan dan resapi tulisan di bawah ini.

Suatu malam ketika aku kembali ke rumah, istriku menghidangkan makan malam untukku. Sambil memegang tangannya aku berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu." Istriku lalu duduk di samping sambil menemaniku menikmati makan malam dengan tenang. Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kata rasanya berat keluar dari mulutku.

Aku ingin sebuah perceraian di antara kami, karena itu aku beranikan diriku. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik bertanya kepadaku dengan tenang, "Mengapa?" Aku menolak menjawabnya, ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin tahu alasan di balik keinginanku untuk bercerai.

Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai dan dia dapat memiliki rumah kami, mobil, dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah dan merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku itu telah menjadi orang yang asing di hatiku. Aku minta maaf kepadanya karena dia telah membuang waktunya 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energi yang diberikan kepadaku, tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane, wanita simpananku, bahwa aku sungguh mencintainya. Istriku menangis lagi. Bagiku tangisannya sekarang tidak berarti apa-apa lagi. Keinginanku untuk bercerai telah bulat.

Hari berikutnya, ketika aku kembali ke rumah sedikit larut, kutemukan dia sedang menulis sesuatu di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane. Ketika terbangun, kulihat dia masih duduk di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.

Pagi harinya, dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku. Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum perceraian. Dia memintaku dalam sebulan itu, kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami istri. Alasannya sangat sederhana. Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami. Selain itu, dia juga meminta agar aku harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai muka depan pintu setiap pagi.

Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah demi perceraian yang kuinginkan, aku pun menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Aku menceritakan kepada Jane tentang hal itu. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah kita rencanakan," kata Jane.

Ada rasa kaku saat menggendongnya untuk pertama kali, karena kami memang tak pernah lagi melakukan hubungan suami istri belakangan ini. Putra kami melihatnya dan bertepuk tangan di belakang kami. "Wow, papa sedang menggendong mama." Sambil memelukku dengan erat, istriku berkata, "Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita." Aku menurunkannya di depan pintu. Dia lalu pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerjanya, sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat di dadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharuman tubuhnya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini dengan seksama untuk waktu yang agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda seperti dulu lagi, ada bintik-bintik kecil di wajahnya, rambutnya pun sudah mulai beruban. Namun entah kenapa, hal itu membuatku mengingat bagaimana pernikahan kami dulu.

Pada hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku mulai merasakan kedekatan. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami istri mulai tumbuh kembali di hatiku. Aku tentu tidak mengatakan perasaan ini kepada Jane.

Suatu hari, aku memperhatikan dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuknya. Dia sedikit mengeluh, "Semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang." Aku mulai menyadari bahwa dia semakin kurus dan itulah sebabnya kenapa aku dapat dengan mudah menggendongnya. Aku menyadari bahwa dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul dan berkata," Papa, sekarang saatnya untuk menggendong dan membawa mama." Bagi putraku, melihatku menggendong dan membawa mamanya menjadi peristiwa yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku dari peristiwa yang bisa mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai.

Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai ke pintu depan. Tangannya melingkar erat di leherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami istri yang harmonis. Aku pun memeluk erat tubuhnya, seperti momen hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu. Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih.

Pada hari terakhir, aku menggendongnya dengan kedua lenganku. Aku susah bergerak meski cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluknya erat sambil berkata, "Aku tidak pernah memperhatikan selama ini hidup pernikahan kita telah kehilangan keintiman satu dengan yang lain."

Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku, mampir ke tempat Jane. Melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Begitu cepatnya karena aku takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai atas. Jane membuka pintu dan aku langsung berkata padanya. "Maaf Jane, aku tidak ingin menceraikan istriku."

Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Aku mengelak dan berkata, "Maaf Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memaknai setiap momen kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari sejak aku menggendongnya sebagai syaratnya itu, aku ingin terus menggendongnya sampai hari kematian kami."

Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah di sebuah toko bunga di sepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis, "Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput."

Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan bunga di tanganku, sebuah senyum menghias wajahku. Aku berlari hanya untuk bertemu dengan istriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami. Tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal di atas tempat tidur yang telah kami tempati bersama 10 tahun pernikahan kami.

Aku baru tahu kalau istriku selama ini berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun begitu, dia ingin menyelamatkanku dari pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami karena aku menginginkan perceraian, karena reaksi kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun yang mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami.

Betapa berharganya sebuah pernikahan saat kita bisa melihat atau mengingat apa yang membuatnya berharga. Ingat ketika dulu perjuangan yang harus dilakukan, ingat tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi di antara kalian, ingat juga tentang janji pernikahan yang telah dikatakan. Semuanya itu harusnya hanya berakhir saat maut memisahkan.

Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang di bank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.

Karena itu, selalu dan selamanya jadilah teman bagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban di dalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bisa mendapatkannya.

~ 0 ~

Semoga kita bisa mengambil manfaat.

Aamiin.

***

PUTERI KECILKU BERLARI MENJEMPUT MAUT

 

 Semua yang diberikan Tuhan akan kembali kepada-NYA. Jika sudah ditakdirkan, buah hati, anugrah terbesar yang dititipkan Nya untuk dirawat dan dibesarkan, pun bisa terenggut dari tangan orang tuanya.

Seperti yang dialami pasangan M. Denny Abe (32) dan Henna Hennyastuty (30), yang harus ikhlas melepas kepergian putri pertama mereka, Norifumi Sophie Rachmania (2 tahun 8 bulan), akibat ditabrak mobil. Berikut ini penuturan Henna, ibunda Sophie, mengenang masa-masa indah bersama sang buah hati.

TANGAN MUNGIL ITU TAK SEMPAT KURAIH ....

Saat mendapat berita gembira ttg kehamilan pertamaku, aku bersama suami langsung sujud syukur. Pada 12 Desember 2000, putriku lahir. Rasanya aku mengalami kebahagiaan yg tiada tara. Ia adalah sosok mngil pemberi semangat, sekaligus penghibur dalam kehidupan kami yg pas-pasan kala itu. Demi dialah kami bertahan menjalani hari demi hari.

Hidup kami rasanya makin lengkap dengan keberadaannya. APalagi, ditambah kehadiran anak kami yg kedua, M. Noriyuki Fachrurazi atau Yuki (1,6). Kehidupan keluarga kami terasa kian harmonis. Setiap akhir pekan, kami sekeluarga selalu pergi berjalan-jalan. Entah itu ke arena permainan anak-anak, ke mal, atau hanya makan bersama di restoran siap saji.

Sampai pada suatu akhir pekan kelabu itu, yang membuat acara akhir pekan kami tak bisa lagi sama. Hidup kami rasanya langsung jungkir balik…. Sabtu sore (30/08) itu, kami tidak langsung pergi jalan-jalan. Berhubung minggu depannya ada saudara yang akan menikah, aku mengajak singgah ke tempat penjahit langganan terlebih dahulu yang terletak di Jalan Sawo Kecik, Bukit Duri, Jakarta.

Sebetulnya yg turun di situ cukup aku saja. Tapi, Sophie bersama tantenya (adikku) ikut turun. Yuki tinggal di mobil bersama suamiku. Jalanan disekitar tempat itu memang tidak terlalu lebar, hanya tiga meter.

Lokasinya, sih, lebih mirip gang, tapi mobil bisa lewat dari dua arah, meskipun mepet. Jalan itu, kecil tanpa trotoar, tapi suasananya ‘hidup’. Kendaraan umum seperti mikrolet banyak yang melewati jalan itu.
Ketika aku sedang asyik menerangkan design baju yg kuinginkan pada penjahit, adikku berkata, “Teh, aku ambil Yuki dulu, ya,” ucapnya. Aku mengiyakan saja. Sayangnya, aku tidak menyangka Sophie mengikuti tantenya. Sekilas aku masih melihat Sophie menyusul langkah adikku.

Ternyata, setelah aku lihat lebih jelas, adikku sudah berada di seberang jalan, sedangkan Sophie baru saja hendak menuju ke jalan. Secepatnya, aku mencoba menyusul dan berusaha meraih tanggannya. Belum sempat kuraih, dia terus berjalan. Dalam hati, aku berdoa, semoga tidak ada mobil yang lewat. Perasaanku pun deg-degan.

Tiba-tiba, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi datang. Buum! Tubuh Sophie dihantamnya, tepat di depan mataku. Ya Tuhan….! Hanya selang beberapa detik, aku melihat tubuh Sophie terpental sekitar 50 meter di depan mobil tadi. Belum sempat aku berbuat apa-apa, mobil yang melaju itu – sepertinya pengemudinya tidak bisa mengerem – kembali menerjang tubuh anakku yang terbaring di jalan. Melihat kejadian itu, tak kuasa aku untuk berteriak, walaupun hatiku menjerit kencang. Aku seperti dipaku ditempat. Shock!


Peristiwa itu terjadi di depan mata kami semua: aku, suami, anakku, dan adikku. Kami lantas berlarian kearahnya. pedih sekali rasanya melihat bidadari kecilku berlumuran darah, merintih kesakitan sambil mengucap dengang lirih,”Ayah…Ayah…Ayah…”

Kami berebut masuk ke mobil, melarikannya secepat mungkin ke Rumah Sakit Mitra Internasional di Kampung Melayu yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kejadian. Sepintas, aku masih melihat mobil yang menabraknya tidak bergerak. Pengendaranya, seorang wanita berusia kurang dari 40 tahun, terlihat masih Shock. Suamiku mengklakson mobilnya berulang-ulang agar menepi, memberi jalan buat kendaraan kami.

Akhirnya dengan bantuan orang-orang disekitar lokasi itu, mobil wanita tersebut bisa dipinggirkan. Di mobil, Sophie masih dalam keadaan sadar. Dia terus merintih. Wajahnya kebam-lebam. Aku tahu, betapa sakitnya dia. Melihat itu, rasanya aku ingin mati saja. Aku cuma bisa bilang, “Kakak tahan, ya,” untuk menenangkannya.


MIMPI BURUK DUA MALAM BERTURUT-TURUT ...

Sampai di rumah sakit, Sophie langsung masuk ke ruang UGD dan mendapat perawatan intensif. Kami bersyukur Sophie dapat ditangani dengan cepat, tanpa harus melewati prosedur segala macam. Aku terus menagis sambil menunggu kepastian dari dokter. Perasaanku galau.

Beberapa jam kemudian dokter yang menanganinya keluar dari ruang operasi. “Kondisi anak ibu sangat kritis. Paru-paru kananya pecah, kedua tulang bahunya rontok, tulang rusuk retak, dan di tengkorak pangkal otaknya juga retak. Kami belum bisa berharap banyak,” ujar dr. Antonius, spesialis anak. Setelah mendengar penjelasan itu, pandanganku langsung buram, lututku lemas, dan hati ini rasanya seperti ditusuk-tusuk.

Keluargaku sepertinya sudah pasrah mendengar vonis dokter. Tapi, aku belum menyerah. Aku terus berharap, malaikat mungilku bisa kembali ke pelukanku. Aku terus berdoa agar beberapa opersai yang dijalaninya hari itu mebawa mukjzat. Lewat jendela kamar, kupandangi sosok mungil itu. Sedih sekali melihat tubuhnya harus ‘dilubangi’ untuk mendapat bantuan perawatan dari mesin. Kenapa bukan aku saja yang menggantikannya? kurasakan, air hangat mengalir dari kelopak mataku.

Sambil memandanginya, aku teringat peristiwa Sabtu pagi itu. Ayahnya bercerita tentang mimpi yang dialaminya dua malam berturut-turut. Mungkin itu firasat ayahnya. Mimpi pertama, ayahnya memimpikan Sophie meninggal dunia. Dia melambaikan tangannya sambil tersenyum.


Padahal, menurut mitos, mimpi itu artinya orang yang dimimpikan malah panjang umur. Malam kedua, dia melihat air bah yang bening, sekitar 50 meter. Dia menyelamtkanku dan sikecil, Yuki. Tapi, Sophie tidak ada. Saat suamiku menceritakan kepadaku, aku hanya tertawa saja, dan mengatakan bahwa itu hanya bunga tidur, tidak berarti apa-apa. Siapa sangka kami akan mengalami hal ini?

Hari Minggu-nya, ternyata masa kritis Sophie bisa dilewati, meskipun 90% fungsi tubuhnya masih dijalankan oleh mesin. Kondisinya belum membaik, tapi harapanku muncul kembali.

Keesokan harinya, fungsi tubuhnya sudah mulai membaik. Paginya, dia hanya mendapat bantuan mesin 40% saja. Siangnya malah lebih baik lagi, hanya 10%. Secara umum, kondisi tubuhnya mulai membaik, jantungnya bekerja sendiri, paru-parunya sudah berfungsi kembali. Rasanya bahagia sekali, sepertinya doa-doaku terjawab.

Sambil menunggui di samping tempat tidurnya, aku sring menyanyikan lagu anak-anak kesayangannya. Sophie memang suka sekali menyanyi. Sepertinya aku juga mendengar suaranya mengikuti irama lagu yang kunyanyikan.

Tapi, kebahagiaan tersebut tidak bertahan lama. Ada satu bagian luka yang tidak terlihat oleh dokter. Di bagian otaknya terdapat rembesan darah yang tidak terdeteksi. Hal ini menyebabkan dia kejang dan kondisinya kembali memburuk. hatiku cemas sekali. Aku terus berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesempatan kedua untuk merawatnya lagi. Aku masih yakin, Sophie akan kembali sehat, apalagi aku melihat usaha keras dr. Antonius. Jantungnya masih terus dipompa.

Namun, takdir berkata lain. Saat melihat dia mengembuskan napas terakhir, aku masih belum percaya dia sudah pergi untuk selama-lamanya. Aku terus berteriak, “Kakak pulang, ya. Kakak cepat pulang lagi, ya,” jeritku tidak rela melepasnya. Bude-ku yang sudah lama berada di sampingku berkata sambil menepuk pundakku, “Likat, Sophie tersenyum.” Aku melihatnya. Ternyata benar, dia tersenyum manis. Melihat itu, rasanya aku ingin mendekati untuk memeluknya dan tak akan kulepaskan lagi. Tapi, aku hanya bisa memandanginya dari balik jendela ruang ICU. Akhirnya, tepat pukul 16.40, Sophie dinyatakan telah tiada.

PEMBAWA BERKAH KELUARGA ...

Kini, yang bisa kulakukan hanyalah mengenangnya. Aku masih ingat kala pertama kali menggendongnya di pelukanku. Rasanya bahagia sekali, sekaligus lega, sebab proses kelahirannya tidak semudah yang kubayangkan. Setiap kontraksi, aku hampir pingsan, karena tidak kuat menahan sakit. Tapi, dokter yang membantu persalinanku sangat sabar. Keputusan untuk dioperasi caesar pun sudah di depan mata. Tetapi, tak berapa lama, dengan cara divakum bayi perempuan mungil itu akhirnya keluar juga.

Kami memberinya nama Sophie, sesuai dengan nama dokter yang menolong persalinanku. Norifumi juga nama yang sangat unik, artinya malaikat. Dia memang malaikat kecil kami.

Semua orang dalam keluargaku menyayangi Sophie. Perilakunya yang riang dan lincah selalu membuat hati setiap orang yang melihatnya ikut gembira. Aku sangat bersyukur akan kehadirannya dalam kehidupan kami.

Dia anak yang sangat mengerti orang tua. Tidak banyak permintaan dan selalu menurut kepada orang tuanya.

Sejak bayipun Sophie tergolong anak yang kuat. Tidak gampang jatuh sakit. Saat ayahnya masih bergabung dengan kelompok lawak Padhyangan 6, Sophie selalu menyertai ayahnya manggung. Bahkan, tidak jarang juga dia dibawa keluar kota. Untungnya dia anteng dan tidak rewel. Jadi, semua crew yang ada juga ikut menjagainya. Bisa dibilang, Sophie adalah anak asuhan Padhyangan.


Setelah usianya beranjak 9 bulan, ayahnya mengundurkan diri dari kelompok itu dan hijrah dari Bandung ke Jakarta untuk bekerja di salah satu provider telepon selular. Di Jakarta kehidupan kami makin membaik. kami membangun keluarga ini mulai dari nol.

Tapi, sepertinya, setelah kelahiran Sophie, rezeki selalu saja datang. Makanya, kami sering bilang Sophie itu pembawa berkah dalam keluarga kami. Kadang-kadang, kami menyebutnya secara guyon sebagai ‘anak preman’, karena dia cepat beradaptasi di segala situasi dan kondisi. Diajak naik becak, angkot, motor, hingga sekarang naik mobil pun dia oke-oke saja.

Istimewanya, dia cepat menghafal sesuatu. Walau usianya baru dua tahun lebih, dia sudah hafal banyak lagu. Lagu-lagu dalam satu VCD anak-anak bisa dinyanyikannya semua. Kesukaannya menyanyi ini tidak hanya dilakukan di rumah. Di acara anak-anak, dimana pun, kalau disodori mikrofon, dia langsung tarik suara, tanpa malu.

Sophie sangat dekat dengan ayahnya. Aku tahu, ayahnyalah yang paling merasa kehilangan. Sophielah yang selalu membangunkan ayahnya setiap pagi, lalu membawakan koran dans ecangkir teh. Meskipun sering tumpah di tempat tidur, aku tidak sanggup melarangnya melakukan kebiasaan itu.

Kini, tidak ada lagi suara yang berkata, “Ayah, hati-hati, ya,” sambil melambaikan tangannya dan mengantarkan ayahnya berangkat kerja. Tak ada lagi sapaannya untuk ayahnya via telepon setiap siang. “Ayah cepat pulang, ya,” celotehnya manja
.

Beberapa minggu setelah dia pergi, rasa sakit terus menderaku. Apalagi mulai muncul kerinduanku untuk memeluk dan menciumnya. Rindu mendengar celotehannya, rindu menlihat gerak-geriknya, rindu sapaannya. Saking rindunya, aku sering menangis sejadi-jadinya. Akhirnya, aku shalat untuk menenangkan hati.

Banyak orang bilang, anak adalah titipan Tuhan. Tapi, kadangkala aku masih terus bertanya-tanya, mengapa Tuhan mengambilnya terlalu cepat, padahal kami menerima dengan sepenuh hati titipanNya tersebut? Apa dosa kami? Apa kesalahan kami? Tapi, mungkin ini adalah rencana Yang Mahakuasa, karena di sisiNya Sophie pasti lebih bahagia.

Aku mencoba bersikap tegar, walau setiap sudut rumahku selalu mengembalikan kenangan tentang Sophie. Tidak hanya itu. Saat berbelanja, membayar listrik atau telepon, ke bank, atau hanya jalan-jalan di depan rumah, selalu terasa ada dia di sampingku. Karena, ke mana pun aku pergi selama ini, Sophie selalu kuajak. Lucunya, bila diajak ke mal, bukannya dia yang lelah, malah dia yang sering bertanya padaku, “Mama capek?”

Sophie sudah pergi, dan tak ada cara untuk mengembalikannya padaku. Betapapun sakitnya, kami tidak dendam dengan wanita yang menabraknya.

Kami malah menganggapnya saudara. Dia benar-benar bertanggung jawab atas perbuatannya. Selama Sophie dirawat, dia terus berada di rumah sakit, termasuk saat pemakaman. Kami tahu, dia pasti tidak sengaja. Sebab, seperti kami, dia juga shock dan stres.

Kenangan indah bersama Sophie, mulai dari kelahiran hingga akhir hisupnya, menjadi memori yang tak akan kami lupakan. 


Selamat jalan malaikat kecilku!

***

ANDAI LELAKI TAU...


BismillaahirRahmaanirRahim ...


 Andai lelaki tahu..
Apabila seorang perempuan jatuh cinta,lelaki itu tidak semestinya punya segalanya tetapi lelaki itu adalah segalanya di hatinya.

Andai lelaki tahu..

Apabila seorang perempuan itu mengalirkan air mata, itu bukan bermakna dia lemah, tetapi dia sedang mencari kekuatan untuk terus tabah mencintai lelaki itu.

Andai lelaki tahu..

Apabila seorang perempuan marah, memang dia tidak mampu mengawal perasaannya tapi percayalah, itu maknanya dia sangat mengambil berat dan menyayangi lelaki itu. Lihat saja pasangan yang baru bercinta, mereka jarang berantem. Tetapi percayalah semakin bertambah sayang mereka pada seseorang, semakin pula banyak sesuatu yang terjadi.

Andai lelaki tahu..

Apabila perempuan cerewet, dia tidak pernah bermaksud untuk membuat anda risih, tapi dia mahu lelaki mengenalinya dengan lebih dekat.

Andai lelaki tahu..

Apabila perempuan berkata dia mau kamu berubah, itu bukan bermakna dia tidak mahu menerima kamu seadanya, tetapi dia mahu menjadikan anda lebih baik, bukan untuk dirinya, tetapi untuk masa depan anda.

Andai lelaki tahu..

Apabila perempuan cemburu dan tidak percayakan kamu, bukan bermakna dia tidak sayang..tetapi dia terlalu sayangkan kamu dan masih mengangap kamu anak kecil yang masih memerlukan sepenuh perhatian. terkadang dia terlalu risau sekiranya terlalu percaya, kamu akan mengkhianati kepercayaan yang diberi. Naluri keibuannya sangat kuat. Dia hanya mahukan yang terbaik untuk kamu .

Andai lelaki tahu..

Apabila perempuan merajuk, jangan kata dia melebay-lebay. Dia bukannya mahu dipujuk dengan uang atau hadiah, tetapi cukup dengan perhatian yang boleh buat perempuan rasa dihargai.

Andai lelaki tahu..

Apabila perempuan jarang mengatakan ‘i love u’, itu tidak bermaksud dia tidak mencintai kamu tetapi dia mahu lelaki itu merasai sendiri cintanya, bukan hanya hadir dari kata-kata tetapi juga melalui bahasa tubuhnya.

Andai lelaki tahu..

Apabila perempuan kata dia rindu sama kamu, dia benar-benar maksudkannya.

Andai lelaki tahu..

Apabila perempuan bilang lelaki lain itu lebih baik dari kamu, jangan percaya kata-katanya kerana dia hanya mau menguji kamu. Dia mahu melihat sejauh mana kamu sanggup menjadi yang terbaik di matanya. Walaupun sebenarnya memang kamulah yang terbaik di hatinya. Selagi dia denganmu, percayalah, walaupun perempuan menganggap masih ramai lagi yang lebih baik di matanya tetapi di hatinya, kamu tetap yang terbaik.

Andai lelaki tahu.

Apabila perempuan menjadi tengking, dia bukan bermaksud untuk menjadi tengking, tapi dia mahu melihat sejauh mana lelaki itu mampu bersabar dengan sikanya. Percayalah, hati perempuan itu sangat lembut.

Andai lelaki tahu..

Apabila perempuan berkata, “tolong tinggalkan saya!”, dia tidak bermaksud menyuruh anda pergi selamanya. Dia hanya mahu menenangkan fikirannya sebentar saja. Apabila dia kembali tenang, percayalah dia akan mencari anda semula. Itu tandanya dia benar-benar mencintai anda. Perempuan sulit untuk mengawal perasaan. Dia terlalu emosional. Tapi dialah yang paling menyayangi anda dan sangat sensitif dengan perubahan pada diri anda.

Andai lelaki tahu..

Sememangnya Allah menciptakan lelaki dan perempuan itu dengan perbedaan yang tersendiri. Tetapi sekiranya mereka saling memahami, mereka akan saling melengkapi dan menyempurnakan . Perempuan itu diciptakan oleh Allah indah sekali. Di sebalik air matanya, tersimpan seribu satu kekuatan yang bakal menjadikan seorang lelaki itu merasa selamat bersamanya. Biarpun sebenarnya perempuan itu tampak lemah tapi dia punya kekuatan tersendiri yang bisa menggoncang dunia dan mungkin bisa pula membuat lelaki menjadi lemah kerananya. 

Jadi hargailah kehadiran seorang perempuan dalam hidup anda kerana dia didatangkan bukan dengan kelemahan sahaja tetapi dia juga ada kekuatan untuk menyongkong anda dan membuatkan hidup anda lebih sempurna. 

Dialah yang bakal menjadi perempuan bekerja, isteri juga ibu yang terbaik untuk anak2 anda.

*** 
DIALOG UANG DALAM KOTAK AMAL
 
 “Asyik… Asyik… aku masuk ke dalam kotak amal.” Goci berteriak senang.

Ia pun langsung berbaur dengan uang-uang lainnya, ada si Sebi (seribu), si Gopi (lima ratus), si Sepu (Sepuluh ribu), si Dopu (dua puluh ribu), si Limbu (lima puluh ribu) dan si Sertu (seratus ribu).

“Hai kawan-kawan. Senangnya bertemu dengan kalian di sini. Semoga kita bisa menjadi saksi dari orang-orang yang menaruh kita ke dalam kotak amal ini.” Goci menyapa semua uang di dalam kotak amal bening itu.

Semua uang tersenyum menyambut kedatangan si Goci.

Kotak amal bening yang berada di Masjid Akbar, senantiasa menjadi pemandangan umum para jamaah yang hilir mudik hendak melaksanakan shalat. Keberadaannya di depan pintu masjid sangat strategis, tidak jarang orang-orang dengan senangnya “menitipkan” uangnya ke dalam kotak amal. Tapi ada juga yang enggan atau pura-pura tidak melihat bahwa di depannya ada kotak amal.

Dan hari ini adalah hari bersejarah bagi Goci. Bukan karena nilainya yang termasuk besar yang ada di dalam kotak amal. Tapi karena si pemilik Goci sebelumnya yang ia tahu bukanlah orang yang tergolong mampu. Hanya si bapak tukang sapu jalanan. Goci sempat melirik wajah bapak itu sebelum memasukkan Goci ke dalam kotak amal. Tersirat keikhlasan dalam wajah lugunya. Goci sempat mendengar gumaman bapak itu, “Ya Allah, terimalah sedekahku untuk rumah-Mu, semoga uang ini bisa bermanfaat.”

Sebelum berada di kotak amal dan milik si bapak tukang sapu jalanan, Goci adalah milik orang kaya yang memberikan Goci pada bapak tukang sapu jalanan. Sebagai imbalan karena telah membantu menyapu halaman rumahnya, alasan orang kaya itu memberi.

Dan kejadian itu belum berlangsung lama. Hanya sekitar dua puluh menit sebelum Goci di masukkan ke dalam kotak amal, beberapa saat sebelum azan Ashar berkumandang. Tapi bapak tukang sapu jalanan itu merasa bahwa uang yang di dapat hari ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya bersama istri dan keempat anaknya yang masih kecil, maka Goci pun langsung berpindah ke kotak amal.

Goci amat terharu. Ia bisa menjadi tabungan kebaikan bagi bapak tukang sapu jalanan. Nilai yang biasanya hanya di berikan dari kantong orang-orang kaya. Tapi kali ini bukan orang kaya yang memasukkan Goci ke kotak amal, hanya orang biasa. Yang mungkin karena ketulusannya bisa menjadi istimewa di hadapan Allah.

Goci ingat. Ketika pemiliknya masih orang kaya, ia berada di dompet pemiliknya dalam waktu lama. Justru yang sering keluar dari dompet adalah si Limbu dan si Sertu. Itupun yang Goci tahu, kawannya itu meninggalkan dompet pemiliknya tatkala Goci dan kawan-kawan berada di pusat perbelanjaan mewah.

Pernah suatu kali, pemiliknya itu pergi ke Masjid Akbar. Saat itu, ia hendak melaksanakan shalat Zhuhur sehabis makan siang. Seusai shalat ia melirik ada kotak amal bening. Sempat berfikir lama, akhirnya ia merogoh kantong dan menemukan si Sebi. Dan masuklah si Sebi ke kotak amal itu sebagai penghuni.

Meski Goci dan Sebi pernah di miliki oleh orang yang sama sebelumnya, tapi mereka belum pernah berjumpa. Mereka sadar bahwa mereka pernah di miliki oleh orang yang sama justru ketika mereka berjumpa dalam kotak amal, saat mereka berbagi cerita.

“Mungkin karena aku hanya berada di kantong celana sedangkan kau di dompet, jadinya kita tidak pernah bertemu.” Sebi memberikan penjelasan kepada Goci.

“Alhamdulillah kita bertemu di sini ya Sebi. Padahal aku berharap yang memasukkanku ke dalam kotak amal adalah orang kaya itu.” Goci pun menerawang.

“Tidak apa Goci, justru kamu akan menjadi lebih bernilai nanti di akhirat. Karena jumlahmu yang termasuk besar bagi bapak tukang sapu jalanan, tapi tidak menghalanginya untuk memberi yang terbaik untuk agamanya….” Si Limbu dengan bijak menghibur Goci.

“… Karena setahuku, jika yang memberikanmu adalah orang kaya itu akan berbeda nilai dalam pandangan Allah.” Limbu menambahkan.

“Loh, emang kenapa? Bukankah Allah hanya melihat keikhlasan hambaNya dalam memberi?” Tanya Gopi penasaran.

“Memang benar, keikhlasan adalah yang utama. Tapi di samping itu bagi orang kaya, Goci mungkin tidak seberapa berharga dan orang kaya itu pasti punya banyak uang senilai Goci bahkan yang nilainya jauh lebih besar. Tapi bagi yang tidak mampu, mungkin Goci bisa jarang ia temui. Atau bahkan jika punya pun pasti sangat berharga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.” Ujar Limbu.

“…. Makanya Allah menilai usaha orang yang tidak mampu, lebih besar ketika beramal dengan jumlah yang sama dengan apa yang di berikan oleh orang kaya. Karena alasan tersebut.” Sertu menambahkan penjelasan dari Limbu.

“Benar… benar… benar.” Dopi dan Gopi tersenyum.

“Iya kawan-kawan. Mungkin jumlahku termasuk kecil bagi orang kaya, tapi ternyata tidak semua orang kaya mau memasukkanku ke dalam sini.” Goci terlihat senang.

“Siapapun yang memasukkan kita ke dalam kotak amal ini, semoga hanya dilandasi keikhlasan karena Allah, bukan karena ingin di lihat atau terpaksa.” Kata Sebi.

“Aamiin.” Uang itu serempak berucap.

Dan di sore nan sejuk itu, angin mengiringi langkah si bapak tukang sapu jalanan menyisir setiap jalan di ibu kota dan membersihkannya dari sampah-sampah. Dan uang-uang di kotak amal itu melantunkan doa terbaiknya untuk si bapak.

“Secara fisik bapak itu terlihat miskin, namun hatinya sangat kaya. Ia adalah orang kaya sesungguhnya.” Goci berucap lirih.

Rasulullah saw bersabda, “Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham. Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham?” Beliau menjawab, “Ada seseorang yang memiliki dua dirham, lalu mengambil salah satu darinya dan menyedekahkannya. Yang lain, memiliki banyak harta, lalu mengambil darinya seratus ribu dirham saja.” (HR. Ahmad)

Semoga Bermanfaat
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …

Salam Santun Ukhuwah Karena-NYA.


***

BELAJAR IKHLAS UNTUK MEMBUAT HIDUP LEBIH BAHAGIA


                                             
                                                
Salah satu ilmu yang paling sulit dikuasai manusia di muka bumi ini adalah ilmu ikhlas. Ilmu ini banyak diserukan oleh orang, namun tidak semua mampu menguasai secara penuh. Karena tidak nampak, ilmu ikhlas tidak ada hitungannya secara pasti. Yang bisa mengukur ilmu ini adalah hati masing-masing individu yang memiliki dan menggunakan ilmu ini, itupun belum tentu 100% pas. Hanya Tuhan yang paling benar mengukur keikhlasan seseorang.

Senyum Ikhlas Ada perbedaan mendasar antara ikhlas dan pasrah. Ikhlas adalah menyerah setelah berusaha, sedang pasrah adalah menyerah sebelum berusaha. 


Kata pak Ustadz, Ikhlas itu gandengannya Sabar dan Tawakkal, sedangkan Pasrah sama dengan Mengalah. laughing (versi orang jawa: pasrah ngalah). 

Keikhlasan memang perlu dikembangkan dewasa ini. Tau nggak, gara-gara nggak ikhlas, Iblis melakukan dosa pertama di alam semesta. Dia kan nggak ikhlas memiliki “saingan” bernama Adam dari tanah yang notabene menurut dia lebih tidak berharga tapi harus dihormati. Maka tampaklah sifat sombongnya dikarenakan Iblis nggak ikhlas. Nah, keadaan ini hampir sama di masyarakat kita. Kalah dalam pemilihan RT, nggak ikhlas lantas mengerahkan masa buat demo. Tetangga lebih mampu, nggak ikhlas lalu dengki. Dan masih banyak hal lainnya.

Menurut aku, ikhlas bisa dicapai dengan cara berikut ini:

Bersyukur.

- Banyak-banyaklah bersyukur, jangan berputus asa atas nikmatNya. Ingatlah bahwa nikmat yang diberikan pada kita lebih banyak daripada derita (kalo boleh dibilang begitu) yang diberikan kepada kita. Syukuri apa yang masih ada pada diri kita seperti kesehatan, teman, keluarga dan harta (meskipun sedikiut/kurang) karena masih ada yang lebih kurang dari kita. So, be gratefull!


Merubah pola pikir.

- Berpikirlah bahwa hidup kita ini hanya sementara dan harus dijalani dengan penuh arti. Nggak peduli berapa umur yang kita punyai, yang pasti kita harus menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar kita. Asal orang lain senang, kita juga senang. Tapi bukan berarti berkorban buta lho.


Menyadari titipan.

- Berhubungan dengan yang kedua. Jika kita sadar bahwa semua itu sementara, kita juga akan menyadari bahwa semua yang ada pada diri kita adalah titipan. Harta, keluarga dan jabatan hanyalah amanah dari Tuhan. Jadi mesti kita jaga amanah itu dengan sebaik-baiknya. Tuhan menyukai mereka-mereka yang mencintai amanahnya, bukan harta atau jabatannya.

Membesarkan hati.

-Hibur diri kita sendiri dengan sesuatu yang baik. Katakan pada diri kita sendiri, sesuatu yang bisa membangkitkan semangat dan motivasi diri. Misalnya, “Ah, pasti ada yang lebih besar menanti di depan sana,” dan lain-lain. Setidaknya, bisa memberikan semangat untuk menjalani hidup selanjutnya.

Sebenarnya masih banyak hal yang bisa membuat kita lebih ikhlas. Yang pasti, keikhlasan dimulai dari hati. Hati yang ikhlas akan membuat hidup lebih tenang dan bahagia. Mengeluh hanya akan menambah derita, tidak akan mengurangi penderitaan. 


Ga percaya? 
Coba aja sendiri.

***
 BELAJAR HIDUP DARI PAK TUA YANG BIJAK

 
Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan raut mukanya ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tidak berbahagia.

Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak itu hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu menga mbil segenggam garam dan meminta tamu itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini dan katakana bagaimana rasanya”, ujar Pak Tua itu.

“Asin.., asin sekali rasanya…”, jawab tamu itu sambil meludah kesamping.

Pak Tua sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga didekat tempat tinggalnya dan akhirnya sampailah mereka ketepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang menciptakan riak-riak air. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”, perintah Pak Tua. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua kembali bertanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam didalam air itu?”, Tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan kebapakan Pak Tua menepuk-nepuk punggung anak muda itu. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama. Dan memang akan tetap selalu sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu kembali memberi nasehat, “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung sgalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, ‘sang orang bijak’, kembali menyimpan ‘segenggam garam’ untuk anak muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa…


***

KELUHAN SEORANG ISTRI 
 
                                                                                  
Ummi : "Abi…belikan Ummi mesin cuci donk…Abi ganteng dech… (merayu mode : ON)"

Abi : "Waduh Ummi…! Mesin cuci bagi Abi masih termasuk barang mewah…Ummi kan tau sendiri, kalau pendapatan Abi masih pas2an untuk memenuhi kebutuhan kita…"

Ummi : (manyun)

Abi : "Tuh kan langsung berubah wajahnya…entar cantiknya hilang lho… Ummi semenjak bergaul dekat dengan tetangga sebelah jadi banyak perubahan, jadi banyak permintaan ke Abi."

Ummi : "Ihh Abi su'udzhan aja! Ummi minta mesin cuci bukan karena terpengaruh tetangga sebelah, tapi lihat nih tangan Ummi…"

Abi : "Hah…? Kenapa dengan tangan Ummi? Gak ada yang berubah…masih tetap dua…"

Ummi : "Jah Abi…jumlahnya memang masih tetap dua, tapi tangan Ummi sudah tidak halus lagi seperti dulu… tangan Ummi sudah berubah jadi kasar…Inilah akibat dari mencuci baju dengan tangan langsung, belum lagi mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak-anak sampai mengurus ladang kita…hiks…hiks…"

Abi : "Memang kalau tangan Ummi kasar kenapa?"

Ummi : "Ummi malu…setiap bersalaman dengan teman-teman Ummi, mereka selalu melihat tangan Ummi dan bertanya ada apa, karena tangan mereka tidak sekasar tangan Ummi, tangan mereka halus-halus."

Abi : "Hehehe…Insya Allah nanti Abi berikan yang lebih baik dari mesin cuci, Ummi mau??"

Ummi : "Hah? benarkah Abi??? (girang dengan mata berkaca-kaca)"

Abi : "Benar…Insya Allah…"

Ummi : "Apakah itu Abi? Pembantu buat Ummi??"

Abi : "Bahkan lebih baik dari pembantu…(senyum dengan wajah penuh rahasia)"

Ummi : "Wah…masya Allah…Apa itu Abi? (tambah terharu)"

Abi : "Yaitu…Ucapkanlah setiap selesai sholat fardhu, Subhanallah 10 kali, Alhamdulillah 10 kali, Allahu Akbar 10 kali. Apabila hendak tidur, maka bacalah Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 33 kali. Hal itu lebih baik bagi Ummi daripada mesin cuci, bahkan dari seorang pembantu."

Ummi : "Itu mah Ummi sudah tahu Abi…(kembali manyun)"

Abi : "Kalau sudah tahu kenapa masih bertanya? hehehe… Jangan menganggap remeh amalan ini lho…Ummi tahu sebabnya hadits ini ada (asbabul wurud-nya)?"

Ummi : "Belum tahu…apa?"

Abi : "Baik abi ceritakan..Sesungguhnya Fathimah radhiyallahu 'anha (putri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam) mengeluhkan tangannya (yang kasar dan sakit) akibat penggilingan (yang digerakkan tangannya). Sedangkan pada saat itu terbetik berita bahwa didatangkan tawanan perang (budak) kepada Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. Maka, bertolaklah Fathimah untuk menemui Nabi shalallahu 'alaihi wasallam (dengan maksud bisa meminta budak untuk dijadikan pembantu di rumahnya). Namun, ternyata dia tak bertemu Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. Dia bertemu Aisyah radhiyallahu 'anha. Diungkapkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya kepada Aisyah. Maka, ketika Nabi shalallahu 'alaihi wasallam tiba, Aisyah mengabarkan tentang hal itu kepada beliau. Kemudian Nabi shalallahu 'alaihi wasallam mendatangi mereka berdua. Saat ditemui, mereka berdua tengah berbaring di tempat tidur. "Tetaplah kalian di tempat " kata Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. Lantas beliau duduk di antara keduanya (Ali dan Fathimah). Kata Ali, "Hingga aku rasakan dinginnya kedua kaki Beliau di perutku." Lalu Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Maukah aku ajari kalian berdua tentang sesuatu yang lebih baik dari (pembantu) yang kalian berdua minta? Apabila kalian berdua telah mendapati tempat pembaringan (menjelang tidur), hendaknya bertakbir (mengagungkan-Nya) 33 kali, bertasbih (menyucikan-Nya) 33 kali, dan bertahmid (memuji-Nya) 33 kali. Maka, itu (semua) lebih baik daripada seorang pembantu.' (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Berkenaan hadits di atas, Al-Imam Ibnu Hajar Al-'Asqalani menjelaskan, bahwa dengan membiasakan berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla niscaya akan diberikan kekuatan yang lebih besar dibanding kekuatan yang mampu dikerjakan oleh seorang pembantu. Atau (dengan membiasakan berdzikir kepada Allah) akan mempermudah urusan. Sekiranya terjadi seseorang diberi beragam urusan, dengan (dzikir) itu akan lebih memudahkan dibanding diberi seorang pembantu kepadanya. Yang jelas, kandungan hadits di atas memiliki maksud betapa manfaat tasbih (menyucikan Allah) dikhususkan terhadap kampung akhirat, sedangkan manfaat adanya pembantu khusus menggapai (apa yang ada) di dunia saja. Padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal adanya. (Fathul Bari, Bab 'Amalil Mar`ah fi Baiti Zaujiha, penjelasan hadits no. 5361, 9/484).

Ummi : "Masya Allah.. kisah yang indah sekali…Ummi jadi malu, Ummi mengaku mengikuti Salaf (generasi terbaik terdahulu), namun kepribadian Ummi masih sangat jauh dibandingkan dengan para Salaf."

Abi : "Benar Ummi…Lihatlah Putri Rasulullah, Fathimah radhiyallahu anha, tangan Beliau sampai kasar dan sakit karena harus menarik penggilingan yang berat setiap hari, juga mengambil air dengan qirbah dan dipikulnya hingga membekas di pundaknya, dan menyapu rumah hingga kotor pakaiannya. Suaminya (Ali bin Abi Thalib) adalah orang yang fakir, sehingga tidak dapat mencarikan pembantu yang akan membantu pekerjaan Fathimah yang melelahkan."

Ummi : "Tapi abi…kalau tangan Ummi kasar, Ummi khawatir rasa cinta Abi ke Ummi akan berkurang."

Abi : "Justru Ummi tidak perlu khawatir, dengan beberapa alasan. Pertama, Ummi sudah laku bukan? Sudah jadi Istri Abi. Kalau belum laku, Ummi boleh khawatir. Kedua, Abi malah tambah rasa cinta Abi ke Ummi, bukan malah berkurang, karena itulah bukti dan saksi bahwa Ummi adalah Ibu rumah tangga yang sejati. Kasarnya tangan Ummi bisa dijadikan bukti dan saksi nanti di akhirat -Insya Allah- bahwa Ummi telah melaksanakan tugas-tugas Ummi dengan sebaik-baiknya."

Ummi : "Insya Allah Abi.. (terharu dan mata berkaca-kaca). Tapi Abi janji ya??"

Abi : "Janji apa Ummi?"

Ummi : "Abi tidak mampu beliin Ummi mesin cuci, dan Ummi ridha akan hal itu… tapi Abi juga jangan punya niat untuk ta'addud (poligami) ya? Masak ta'addud mampu,sedangkan beli mesin cuci tidak mampu?!"

Abi : "Glekk!!…(keselek)"

Sedikit selingan yach.....salam santunku.

^_^

***

BEDA BOS DAN KACUNG
 
 Pasal 1 : 
Boss selalu benar. :-D"
Pasal 2 : 
Jika Boss melakukan kesalahan, kembali baca pasal 1. :-D"

—————————————————————

• "Bila Boss tetap pada pendapatnya itu berarti beliau konsisten."
• "Bila Anak buah tetap pada pendapatnya itu berarti dia keras kepala."

• "Bila Boss berubah-ubah pendapat itu berarti beliau fleksibel."
• "Bila Anak buah berubah-ubah pendapat itu berarti dia plin-plan."

• "Bila Boss bekerja lambat itu berarti beliau teliti."
• "Bila Anak buah bekerja lambat itu berarti dia tidak "perform".

• "Bila Boss bekerja cepat itu berarti beliau "smart".
• "Bila Anak buah bekerja cepat itu berarti dia terburu-buru."

• "Bila Boss lambat memutuskan itu berarti beliau hati-hati."
• "Bila Anak buah lambat memutuskan itu berarti dia "telmi".

• "Bila Boss cepat mengambil keputusan itu berarti beliau berani ambil resiko."

• "Bila Anak buah cepat mengambil keputusan itu berarti dia gegabah."

• "Bila Boss mem-by-pass prosedur berarti beliau proaktif-inovatif."
• "Bila Anak buah mem-by-pass prosedur berarti dia melanggar aturan."

• "Bila Boss menyatakan "Mudah" itu berarti beliau optimis."
 
• "Bila Anak buah menyatakan "Mudah" itu berarti dia meremehkan masalah."

• "Bila Boss sering keluar kantor itu berarti beliau rajin ke customer."

• "Bila Anak buah sering keluar kantor itu berarti dia sering kelayapan."

• Bila Boss sering entertain itu berarti beliau rajin melobby customer."

• Bila Anak buah sering entertain itu berarti dia menghamburkan anggaran."

•" Bila Boss men-service atasan itu berarti beliau melobby."

• ''Bila Anak buah men-service atasan itu berarti dia menjilat."

• "Bila Boss sering tidak masuk itu berarti beliau kecapaian karena kerja keras."

• "Bila Anak buah sering tidak masuk itu berarti dia pemalas."

• "Bila Boss membuat tulisan seperti ini itu berarti beliau humoris."

• "Bila Anak buah membuat tulisan seperti ini itu berarti dia frustasi."

HaHaHa... Chemuuunggguuuttt....!!!­ ;-))"

ADA LAGI YANG MO NAMBAHIN??

^_^
 
*****
 
KISAH PILU ORANG TUA DI PANTI JOMPO

 
 Buat sobat yang sedang online, baik pria maupun wanita. Mari coba kita baca, renungkan dan resapi tulisan di bawah ini.

Inilah cerita yang membuat saya untuk pertama kalinya menangis,karena melihat & mendengar sebuah kisah yang sangat mengharukan dari kehidupan di Panti Jompo yang sangat menyentuh hati.Ketika kita masih kecil,kita selalu dirawat dengan penuh seny
uman kebahagian oleh kedua orang tua.Tapi sungguh ironi dibalik semua kasih sayang yang tulus dari orang tua kepada kita,hinggga kita sudah bisa menjadi manusia yang bisa berjalan tegap diatas bumi yang kering kerontang.

Inilah sedikit kisah pilu,dari perjuangan orang tua kita yang tulus ikhlas menuntun kita menjadi sosok pribadi yang berahlak & mempunyai segala macama yang ada didunia.Tapi sungguh sangat di sayangkan dibalik perngorbanan & perjuangan orang tua kita,terasa tidak ada artinya dimata sang anak yang sudah tumbuh besar & gagah.


Bahkan jika kita semua melihat Panti Jompo yang semakin hari semakin ramai di Indonesia,inilah potret durhaka seorang anak yang tidak menghargai orang tua mereka sendiri.Karena banyak diantara kita,yang dengan teganya menitipkan orang tua mereka ketika sudah menjadi keriput & lemah tidak seperti dahulu kala.Agar tidak menjadi beban kita,ketika kita sudah mempunyai keluarga baru dengan pasangan kita.


Apakah mungkin mereka malu ada orang tua ini yang miskin ?

Apakah mereka tidak bisa sedikit saja merawat orang tua mereka ketika sudah menjadi keriput ?

Apakah hati anak yang mulia sewaktu kecil sudah tertutup 
Dengan harta dunia ketika menjadi dewasa ?

Sesungguhnya semua yang kita dapat & miliki saat ini & sekarang,adalah berkat bantuan moral & material orang tua kita yang selalu & selalu mendoakan anaknya dari bangun tidur hingga sampai tertidur lelap dimalam hari.Percuma jika anda punya harta & jabatan yang berlimpah didunia ini,jika anda tak mau merawat & menjaga orang tua anda sama ketika anda dirawat oleh beliau sewaktu kecil dahulu tanpa pernah mengeluh sedikit pun.


Kesimpulan : Ingatlah wahai anakku walaupun kamu melupakan & menelatarkan aku sekarang & nanti,aku akan selalu ada disetiap jika kamu membutuhkan aku.Dan tak ada satu pun,agama yang memperbolehkan untuk menitipkan orang tua kita ke orang lain apalagi Panti Jompo.


semoga kita semua termasuk anak-anak yang berbakti kepada orang tua dan bisa merawatnya sampai akhir hayat.


Semoga kita bisa mengambil manfaat dari status ini.
 Amin...
 
*****
 
JABATAN ATAU UANG?
 
A: "Bila kuberi kamu uang sejuta rupiah, bersediakah kamu menjual jabatanmu kepadaku?"
B: "Pikiranmu ini merupakan suatu lamunan kosong. Kekuasaan yang suci murni seperti ini mana boleh diperjualbelikan?"
A: "Bagaimana kalau kuberi 10 juta rupiah?"
B: "Kamu lagi mimpi di tengah hari bolong, aku tak pernah melihat orang yang gila pangkat seperti kamu ini."
A: "Jika kutambah menjadi 100 juta rupiah, bagaimana?"
B: "Kamu ini tak kenal sopan santun dan tak tahu diri. Kekuasaan adalah sesuatu yang tak ternilai."
A: "Kalau 1 milyar rupiah bagaimana?"
B: "1 milyar... Ah, rupanya kamu ini benar-benar tulus hati, menunjukkan bahwa kamu mempunyai semangat tinggi untuk mengabdi bangsa. Maka ituakan kupertimbangkan dengan baik-baik."
A: "Ah, nggak usah dipertimbangkan, kuberi kamu 50milyar rupiah!"
B: "Keteguhan hatimu sungguh-sungguh mengharukan! Oke, sekali ini kutentukan sendiri. Transaksi kita jadi!"

-_-
 
*****
KISAH RENUNGAN MALAM
 
                                                                                  
Bismillahir-Rahmanir-Rahim ... 

Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.

Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf dan senantiasa menjaga hijabnya.

Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.

Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nashrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata:

"Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"

Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.

Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.

Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik.

Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?

Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku."

Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.

Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata "Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah." 
Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!

Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!

Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."

Kami (aku, suami dan Afnan) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan.

Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya,karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan memarikannya akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.

Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. " Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!

Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.

Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang.

Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.

Dia berkata: "Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat."

Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah. "

Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."

Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut."

Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku."

Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.

Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku.

Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua ." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan keluarlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. 
Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillaahi rabbil 'alamiin.
 
*****
 
KISAH PERJUANGAN SEORANG NENEK 
UNTUK CUCUNYA
 
 
 Ada seorang remaja wanita masih sekolah di kelas 2 SMA Setiap hari ditugaskan untuk merawat neneknya…
Neneknya sudah lumpuh…
hidupnya hanya dihabiskan di tempat tidur.

Suatu saat…
ia mulai protes karena ketidak adilan yang dirasakannya
Ma… gantian dong yang merawat nenek…
Masa setiap hari harus aku…

Kemudian mamanya memotivasi
Nak… merawat nenek pahalanya banyak…

Sesekali anak itu mau menuruti
Tapi disaat lain Ia mulai protes lagi…
Ma… gantian dong yang merawat nenek…
Masa setiap hari harus aku…
Kenapa mesti aku… kenapa tidak mama… kenapa tidak papa… kenapa tidak kakak atau adik yang merawat nenek… tapi kenapa harus aku terus!…
protesnya mulai keras.

Mamanya memeluk sambil menangis…
Nak… kamu sudah besar… kamu benar-benar mau tau kenapa?…
Mau ma….

Dulu saat kamu masih umur 6 bulan…
Malam itu rumah kita kebakaran…
semua orang menyelamatkan diri dan barang-barang yang bisa diselamatkan.
Papa dan nenek menggendong kakak-kakakmu dan mama menggendong kamu…
setelah kita keluar semua…
papa bertanya mana bayinya?
Tanpa sadar ternyata yang mama gendong bukan bayi tapi guling kecil.
Kami baru sadar..
Tenyata kamu masih di dalam rumah… di lantai 2.
Tiba-tiba saja dari arah belakang…
lari menerjang masuk kedalam rumah…
Ternyata nenekmu nak…nenekmu…
lari memaksa masuk kedalam rumah…
kemudian naik kelantai dua…
setelah membawa mu…
nenek terjun dari lantai dua…
sambil menggendong kamu…
mulai saat itulah nenekmu lumpuh…
Anak itu terdiam sambil meneteskan air mata tanpa suara…
Mulai saat itu…
ia tidak pernah lagi protes saat disuruh merawat neneknya
Bahkan hari-hari nya dihabiskan untuk merawat neneknya…
ia sangat senang dan bangga bisa merawat neneknya…
ia bangga pada neneknya.

Tiada kesenangan melebihi kesenangan merawat neneknya.
Andaikan kita tau kenapa kita berbuat sesuatu maka pastilah kita akan bekerja dengan ikhlas,
tekun dan serius
Suatu Saat kita akan faham…
Apapun akan kita lakukan untuk membahagiakan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita
Karena Allah mencitai kita dan kita mencintai Allah….
Semoga bermanfaat.

^_^

*****

GARAM DAN TELAGA

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.
“Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah.
Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.
“Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat.
 “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

*****

 KISAH NENEK DAN MINYAK GORENG

Kisah Nenek dan Minyak Goreng

Suatu ketika saya bertemu dengan seorang nenek. Dia, yang yang ringkih dengan kebaya bermotif kembang itu, tampak sedang memegang sebuah kantong plastik. Hitam warnanya, dan tampak lusuh. Saya duduk disebelahnya, di atas sebuahmetromini yang menuju ke stasiun KA.

Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk, dan kersik di matanya tampak jelas. Matanya selalu berair, keriputnya, mirip dengan aliran sungai. Kelok-berkelok. Hmm…dia tampak tersenyum pada saya. Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana.

Saya pun menjawab mau kerja, sambil bertanya, apa isi plastik yang dipegangnya.
Minyak goreng, jawabnya. Ah, rupanya, dia baru saja mendapat jatah pembagian sembako. Pantas, dia tampak letih. Mungkin sudah seharian dia mengantri untuk mendapatkan minyak itu. Tanpa ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu, akan dipakai untuk mengoreng tepung buat cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa dia berikan buat cucunya.

Dia berkata, cucunya sangat senang kalau digorengkan tepung. Sebab, dia tak punya banyak uang untuk membelikan yang lain selain gorengan tepung buatannya. Itupun, tak bisa setiap hari disajikan. Karena, tak setiap hari dia bisa mendapatkan minyak dan tepung gratis.

Degh. Saya terharu.
Saya membayangkan betapa rasa itu begitu indah. Seorang nenek yang rela berpanas-panas untuk memberikan apa yang terbaik buat cucunya. Sang nenek, memberikan saya hikmah yang dalam sekali. Saya teringat pada Ibu. Allah memang maha bijak. Sang nenek hadir untuk menegur saya.
Sudah beberapa saat waktu sebelumnya, saya sering melupakan Ibu. Seringkali makanan yang disajikannya, saya lupakan begitu saja. Mungkin, karena saya yang terlalu sok sibuk dengan semua urusan kerja.
 Sering saat pulang ke rumah, saya menemukan nasi goreng yang masih tersaji di meja, yang belum saya sentuh sejak pagi.

Sering juga saya tak sempat merasakan masakan Ibu di rumah saat kembali, karena telah makan di tempat lain. Saya sedih, saat membayangkan itu semua. Dan Ibu pun sering mengeluh dengan hal ini. Saya merasa bersalah sekali. Saya bisa rasakan, Ibu pasti memberikan harapan yang banyak untuk semua yang telah dimasaknya buat saya.

Tentu, saat memasukkan bumbu-bumbu, dia juga memasukkan kasih dan cintanya buat saya.
Dia pasti juga akan menambahkan doa-doa dan keinginan yang terbaik buat saya. Dia pasti, mengolah semua masakan itu, mengaduk, mencampur, dan menguleni, sama seperti dia merawat dan mengasihi saya. Menyentuh dengan lembut, mengelus, seperti dia mengelus kepala saya di waktu kecil.
***
Metromini telah sampai. Setelah mengucap salam pada nenek itu, saya pun turun. Namun, saya punya punya keinginan hari itu. Mulai esok hari, saya akan menyantap semua yang Ibu berikan buat saya. Apapun yang diberikannya. Karena saya yakin, itulah bentuk ungkapan rasa cinta saya padanya. 
Saya percaya, itulah yang dapat saya berikan sebagai penghargaan buatnya.
Saya berharap, tak akan ada lagi makanan yang tersisa. 
Saya ingin membahagiakan Ibu.
Terima kasih Nek.

^_^

*****

 BUNDA,UMAR SAYANG BUNDA



“Bunda, kenapa Allah gak kasih kita hidup enak yah?” tanya seorang anak pada ibunya.
“Mungkin karena Allah amat sayang sama kita,” jawab bundanya dengan santun.
“Begitu ya, bunda?” Anaknya berujar.
“Iya, nak. Allah amat sayang sama kita, Allah gak mau kita terlena sama nikmat dunia,” sambil meneteskan air mata Bundanya berujar pelan.
Sore pun menjelang, bersiaplah Umar kecil untuk pergi ke masjid dekat rumahnya. Mengenakan peci kesayangannya dan kain sarung yang agak kumal. Langkahnya berpacu dengan suara iqamah petang itu.Dari sudut jendela, bundanya tertegun melihat anaknya amat riang mendengar panggilan Allah itu.
“Ayo, nak, bergegas. Jangan sampai kau telat shalat maghrib ini!” teriak bundanya dari balik jendela.
“Iya, Bunda. Assalamu’alaikum. ..” jawab Umar.

Bangga rupanya bunda Umar ini, melihat pelita kecilnya rajin ibadah. Matanya berkaca-kaca saat teringat Ramadhan tahun yang lalu.
“Sayang, andai kau lihat anak kita saat ini, dia lucu sekali,” gumam bunda Umar dalam hati.
Melayang pikiran bunda Umar, mencoba mengingat setahun yang lalu di kamar ini. Selepas ia tunaikan shalat maghrib, diraihnya Mushaf kecil agak kusam lalu air matanya menetes perlahan.
“Sayang, aku rindu saat-saat itu,” lirihnya pelan sebelum membaca Ar-Rahman malam itu.
“Andai kau ada di sini sayang, melihat tingkah Umar yang lucu. Memegang pipinya yang tembem, kau elus rambutnya yang lebat. Akhhh… Betapa nikmat, sayang. Andai Allah berikan kesempatan kita berkumpul kembali, menikmati lantunan suaramu saat kau jadi Imam kami, kau bacakan surat kesukaanmu, kau do’akan kami semua agar kami sehat selalu. Kau berikan tanganmu untuk kukecup tanda baktiku untukmu. Kau elus kepala imut Umar, sayang. Andai kesempatan itu kembali terulang.”
“Bunda, kenapa nangis?” dielusnya pipi putih Bunda oleh Umar.
“Bunda gak apa-apa kok, nak. Bunda cuma kangen sama ayah,” sambil dikecupnya kening Umar yang baru pulang dari masjid.
“Bunda, emang ayah ke mana?” tanya polos Umar.
Sambil menitikan air mata, Bunda pun membelai kepala kecil Umar.
“Ayah udah ketemu sama Allah, nak. Ia tersenyum di sana. Ayah titip pesen kalo Umar harus jaga Bunda. Kau mau, nak?” tanya Bunda sambil mengusap air mata.
“Mau, Bunda. Bunda kesayangan Umar. Umar pastiii jagaa bunda,” sambil tersenyum riang Umar menjawab.
Tawa kecil pun meledak di malam sunyi itu.
“Ayo, nak. Mari kita tidur. Besok pagi-pagi kita temui ayah. Umar harus janji sama ayah bakal jaga Bunda ya?” ajak Bunda.
“Iya, Bunda. Umar janji jaga Bunda,” mata Umar pun seraya tertutup.
“Masya Allah…” teriakku terbangun dari tidur. Tak terasa sudah hampir 3 jam aku tertidur amat pulas. Sesaat tersadar kalau malam ini, aku bermimpi bertemu Umar dan suamiku.
“Allahu akbar…” tak terasa aku kembali meneteskan air mata.
Terkenang semua yang pernah terjadi malam ini, kecelakaan yang merenggut kedua belahan jiwa membuatku kembali menitikan air mata.

Masih ingat olehku, bagaimana senyum manis Umar sebelum berangkat shalat ke masjid. Masih ingat olehku, bagaimana suamiku mencium keningku sebelum aku pergi tidur.
“Tuhan… Jaga belahan Jiwaku. Berilah mereka tempat yang lapang, ya Rabb. Kumpulkan mereka sebagai umatmu yang bertakwa. Tuhan… Kumpulkan kami kembali di JannahMu. Aku rindu Umar…” do’aku lirih menutup qiyamul lail malam ini.

Bunda sayang kalian… Tunggu bunda yah! Kita pasti akan bertemu kembali, sayang.
Laa ilaaha illaa annta subhaanaka inni kunntu minazhahaalimin. ..
Laa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’ azhim.

*****

TERIMA KASIH...

 
 Pada malam itu, Sue bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Sue segera pergi meninggalkan rumah tanpa membawa apa pun.

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah Rumah Makan, dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan sepiring nasi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik Rumah Makan melihat Sue berdiri cukup lama di depan etalasenya, lalu bertanya, “Nona, apakah kau ingin sepiring nasi?” “Tetapi, aku tidak membawa uang,” jawab Sue dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan memberimu sepiring nasi,” jawab pemilik Rumah Makan. “Silahkan duduk, aku akan menghidangkannya untukmu.”
Tidak lama kemudian, pemilik Rumah Makan itu mengantarkan sepiring nasi dengan lauk pauknya. Sue segera makan dengan nikmatnya dan kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa Nona?” tanya pemilik Rumah Makan.
“Tidak apa-apa. Aku hanya terharu,” jawab Sue sambil mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberiku sepiring nasi! Tapi,…. Ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah. Bapak seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri,” katanya kepada si pemilik Rumah Makan.

Pemilik Rumah Makan itu setelah mendengar perkataan Sue, menarik napas panjang, dan berkata, 
“Nona, mengapa kau berpikir seperti itu?. Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu sepiring nasi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak makanan untukmu saat kau masih kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya.”

Sue terhenyak mendengar hal tersebut.

“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk sepiring nasi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang telah memasak makanan untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihakan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.”

Sue menghabiskan nasinya dengan cepat. Lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.

Sambil berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkannya kepada ibunya. 
Akhirnya, ia memutuskan untuk mengatakan,
 “Ibu,maafkan aku, aku tahu bahwa aku bersalah.”

Begitu sampai di depan pintu, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas, karena telah mencarinya ke semua tempat. 
Ketika ibunya melihat Sue, kalimat pertama yang keluar dari mulut ibunya,
 “Sue, cepat masuk, ibu telah menyiapkan makan malam untukmu dan makanan itu akan menjadi dingin jika kau tidak segera mamakannya.”

Sue sangat terharu melihat kasih ibunya yang begitu besar kepadanya, ia tidak dapat menahan air matanya dan ia menangis di hadapan ibunya.

Sekali waktu, mungkin kita akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikannya kepada kita. 
Tetapi, kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, 
Pernahkah kita berpikir untuk berterima kasih kepada mereka yang telah merawat, membesarkan, mendidik dan melimpahkan kasih sayangnya kepada kita???

RENUNGKAN !
*****

HIKMAH TENTANG ORANG KAYA 

DAN SHALEH

kaya dan sholeh

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 
“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)
Kisah ini berawal Pada saat saya bertemu dengan seorang kawan di rumahnya,
sambil silaturahim saya ingin mengajaknya berbisnis…
Pa ayo ikut bisnis dengan saya…!
Saya tidak mau … jawabnya mantap
Kemudian saya tanya, kenapa?
Jawabnya: saya takut KAYA
Saat itu saya kaget… ternyata ada orang yang TAKUT kaya…
Dia sangat faham… kalau menjalankan bisnis resikonya kaya
Lalu saya tanya: kenapa anda takut kaya?
Saya takut hubbuddunya/ saya takut cinta kepada dunia
Dalam hati saya… luar biasa kawan saya ini, ia orang sholeh.

Dalam hati saya berdo'a:
Ya Allah sesungguhnya orang sholeh seperti inilah yang harusnya kaya…
Karena kalau kekayaan dipegang sama orang-orang sholeh… insya Allah rahmatan lilalamin.
Tapi sayangnya orang sholeh nya tidak mau kaya….Orang kayanya tidak mau sholeh

Kemudian saya bertanya apakah hubbudunya,… penyakitnya orang kaya saja…?
Tidak … orang miskinpun banyak yang menderita penyakit hubbudunya…
Kalau begitu masalahnya bukan di kaya atau miskinnya… tapi bagaimana sikap kita terhadap harta.

Dengan alasan ini…
banyak umat islam tidak mau bekerja…
tidak mau bekerja keras…
tidak mau berusaha menjadi orang kaya…
tidak mau menjadi orang besar.
Umat islam terlalu besar untuk punya cita-cita kecil…
Umat islam harus kaya seperti kayanya Abu Bakar ashidiq….
Seperti kayanya Umar bin khotob dan Seperti kayanya usman bin affan.

Karena kekayaan merekalah… islam bisa berjaya…
Rosulullah mengajarkan kita untuk berdoa, ya Allah… aku berlindung kepada Mu dari kekufuran dan kefakiran… dan aku berlindung dari azab kubur
Yang menjadi masalah bukan seberapa banyak kita mendapatkan uang tapi uang itu dari mana dan untuk apa

kata rasulullah Kita tidak boleh iri kecuali pada tiga orang
Pertama Orang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkannya
Kedua Orang yang mati syahid
Ketiga Orang kaya yang dermawan
Ingatlah kita adalah harapan masa depan umat…
Bangkit …
harapan itu pasti ada…
Allah bersama kita…
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat.

*****

KISAH SEGELAS SUSU


Suatu hari, seorang anak miskin yang berjualan dari rumah ke rumah untuk membiayai sekolahnya merasa sangat lapar tapi hanya mempunyai uang satu sen. Ia memutuskan untuk minta makan di rumah berikutnya, namun segera kehilangan keberaniannya ketika seorang gadis cantik telah membukakan pintu. Sebagai gantinya ia minta air.Gadis itu melihat bahwa si anak kecil tampak kelaparan, ia lalu membawakannya segelas besar susu. Anak itu pun meminumnya perlahan-lahan.

“Berapa harus kubayar segelas susu ini?” kata anak itu.
“Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si gadis. “Ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.”
“Bila demikian, ku ucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku.”

Howard Kelly lalu meninggalkan rumah itu.
Ia tidak saja lebih kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Alloh dan kepercayaannya kepada sesama manusia menjadi semakin mantap. Sebelumnya ia telah merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib.

Beberapa tahun kemudian gadis itu menderita sakit parah. 

Para dokter setempat kebingungan sewaktu mendiagnosa penyakitnya. Mereka lalu mengirimnya ke kota besar dan mengundang beberapa dokter ahli untuk mempelajari penyakit langka si pasien. Dokter Howard Kelly akhirnya dipanggil ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat.

Ketika mendengar nama kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata Dokter Kelly.
Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien. Dokter Kelly segera mengenali wanita sakit itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya.

Sejak hari itu Dokter Kelly memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan. Dokter Kelly meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada si pasien.

Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor Dokter Kelly. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien.
Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya.

Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu :
Telah dibayar lunas dengan segelas susu
Tertanda
DR. Howard Kelly


Air mata bahagia membanjiri mata si pasien.
Ia berkata dalam hati, 
“Terima kasih Allah, cinta-Mu telah tersebar luas lewat hati dan tangan manusia.”
Semoga kita bisa mengambil Hikmah dari kisah di atas