Bahaya..!!!
Botol Kemasan Air isi ulang jika diisi Ulang
Banyak dijumpai botol-botol bekas minuman diisi ulang lagi. Alasannya sayang kalau dibuang atau masih bagus dan sebagainya. Produk palstik dimaksud bukan hanya botol air mineral yang banyak beredar di pasaran, tapi juga plastik-plastik wadah makanan, penutup makanan hingga botol susu.
Bahan utama plastic botol kemasan adalah suatu rantai polimer yang sebenarnya tidak menibulkan bahaya, tapi akan menjadi bahaya kalau polimer tersebut melepaskan “anak” monomer-monomernya. Monomer bisa lepas saat terkena panas (termasuk panas matahari) atau goresan saat dicuci. Monomer itulah yang dapat menyebabkan kanker karena bersifat karsinogenik. Hal ini berlaku pula untuk wadah makanan atau minuman yang terbuat dari Styrofoam.
Tahun 2007 BPOM telah menentukan standar penggunaan kemasan palstik makanan dan minuman. Sangsinya jika ada pemalsuan, harus ditarik dari pasaran sampai dengan pidana bagi produsennya.
Setiap plastic pada umumnya berbahaya bagi kesehatan. Namun telah dikategorikan beberapa kelompok plastic yang relative aman. Masyarakat dapat mengetahui jenis kemasan palstik-plastik yang aman dipakai dengan melihat symbol atau kode yang biasanya tertera di bawah produk plastic wadah makanan dan minuman. Simbol atau kode yang dikeluarkan oleh The Sosiety of Plastic Industry sejak tahun 1988 di AS itu telah diadobsi oleh lembaga-lembaga yang mengembangkan system kode, seperti ISO (International Organization for Standardization). Secara umum tanda tersebut berada di dasar, berbentuk segitiga, di dalam segitiga akan terdapat angka, dan nama jenis plastic di bawah segitiganya.
Kode-kode tersebut adalah sebagai berikut :
* Pertama, PET (Polyethylene Terephthalate) dengan kode angka 1 di dalam segitiga dan tulisan PET atau PETE di bawah segitiga. Botol tersebut hanya direkomendasikan “sekali pakai”.
Apabila diisi ulang apalagi terkena goresan saat mencuci, kena air hangat/panas, maka lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh bercampur dengan makanan dan minuman yang ada di dalamnya, mengeluarkan zat karsinogenik penyebab kanker.
* Kedua, HDPE (High Density Polyethylene). Tertera angka 2 di tengah segitiga, serta tulisan HDPE di bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol susu, Tupperware, gallon air minum. HDPE memiliki sifat bahan lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi.
* Ketiga, V (Polyviniyl Chloride). Terdapat angka 3 ditengahnya dan tulisan V yang berarti PVC (Polyvinyl Chloride) di bawahnya. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemasnya saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut. DEHA bisa langsung lumer pada suhu 150 derajat Celicius. Reaksi terjadi bisa berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
* Keempat, LDPE (Low Density Ployethlene). Terdapat angka 4 di tengahnya dan tulisan LDPE di bawahnya. Biasanya LDPE dibuat untuk tempat makanan, plastic kemasan dan botol-botol yang lembek. Plastik tersebut dapat dipakai ulang karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan itu.
* Kelima, PP (Polypropylene). Terdapat angka 5 di tengahnya dan tulisan PP di bawahnya (segitiga). PP adalah pilihan terbaik untuk plastic pembungkus makanan/minuman seperti tempat menyimpan makanan/minuman, botol minuman terpenting untuk bayi.
* Keenam, PS (Polystyrene). Terdapat angka 6 di tengahnya dan tulisan PS di bawah segitiga. Ditemukan pada tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman secara tidak sengaja. Dipakai untuk tempat makanan steroform, tempat minuman sekali pakai, dll. Bahan tersebut harus dihindari karena berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormone estrogen yang berakibat pada reproduksi, pertumbuhan dan system syaraf. Bila tidak terdapat kode angka 6 pada kemasan plastic, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning jingga dan meninggalkan jelaga.
* Ketujuh, OTHER. Terdapat angka 7 di tengah segitiga dan tulisan OTHER di bawahnya. OTHER dapat ditemukan pada tempat makanan/minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, computer,, alat-alat elektronik dan plastic kemasan. Berpotensi merusak system hormone, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma dan mengubah fungsi imunitas. Terlebih jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya, botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan merebus, dipanaskan dengan microwave atau dituang air mendidih atau air panas. Memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.
Akhirnya, masihkah kita berpikir untuk tetap menggunakan botol plastic kemasan lebih dua kali?
Melihat bahaya yang terkandung dalam plastic, sudah saatnya kita harus berindak bijak dalam penggunaan plastik, khususnya plastic dengan kode nomor 1, 3, 6 dan 7 (khususnya polycarbonate).
Bila membutuhkan tempat air minum yang akan dibawa, sebaiknya memilih botol yang memang ditujukan untuk pemakaian berulang, misalnya yang berkode angka 5. Sebaiknya kita mencari alternative pembungkus makanan lain yang tidak mengandung plastic, seperti daun pisang yang lebih alami.
Sumber:
Dr. OZ INDONESIA.